Chatbot GPT: Akankah Menjadi Ancaman bagi Profesi Programmer?

Chat GPT

Baru-baru ini kita dihebohkan kemunculan teknologi AI yang memiliki kemampuan menjawab hampir segala pertanyaan kita layaknya balasan manusia. Ya, itulah Chat GPT. Hm, bakal jadi saingan Google, nih. 

Nggak hanya soal jawab-menjawab, Chat GPT juga bisa ngelakuin banyak hal seperti generasi teks untuk konten, melengkapi paragraf, menerjemahkan kata, buatin rangkuman, hingga ngoding. Iya, kita nggak salah baca, Chat GPT mampu memberi sintaks tertentu terkait perintah yang diberikan.  

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya eksperimen yang udah dilakuin banyak programmer mulai dari buat program dan aplikasi sederhana hingga software siap pakai! 

Kecanggihan AI tersebut cukup menghebohkan dunia teknologi. Saat ini sudah timbul banyak spekulasi mengenai pergeseran profesi programmer di masa mendatang. Nah, biar nggak memicu perdebatan, yuk, kita kupas bareng-bareng! 

Apa itu Chat GPT?

Sebelum kita bahas lebih dalam, mari kenalan dulu sama AI canggih satu ini. Chatbot GPT atau yang biasa dikenal dengan Chat GPT (Chat Generative Pre-training Transformer) adalah teknologi AI yang dikembangkan Open AI incorporated—salah satu perusahaan nonprofit asal San Fransisco, California. 

Dilihat dari kehebatannya, Chat GPT tentu bukan produk pertama dari perusahaan yang didirikan Elon Musk dan Sam Altman itu. Sudah ada banyak produk pendahulu yang dikembangkan, seperti Dactyl, DALL-E, GitHub Copilot dan banyak lagi! 

Chat GPT sendiri merupakan model machine learning bernama fungsi NLP (Natural Processing Language) yang memberi kemampuan menghasilkan teks mirip dengan manusia. Dengan kemampuan tersebut, Chat GPT banyak digunakan untuk tugas-tugas pemrosesan kata, seperti menjawab pertanyaan, menyelesaikan kalimat tidak lengkap, dan generasi teks. 

Nggak hanya berperan sebagai text generator, kita juga bisa manfaatin AI satu ini untuk research dan searching informasi, lho. Dibekali pelatihan dengan metode pre-training, Chat GPT bakal diberi akses ke dataset atau kumpulan data besar untuk dipelajari. Karena informasi dataset tersebut pula, proses searching mungkin untuk dilakukan.  

Nah, sekarang bayangin, dengan penyatuan model NPL dan pre-training tersebut, bakal se-smooth apa proses pencarian kita di Chat GPT ini. Lihat sendiri, deh. 

Lihat, kan? Sampai dibuatkan poin-poinnya! Jadi, nggak menutup kemungkinan Chat GPT bisa melakukan hal lebih seperti ngoding. Bahkan, sekarang ini, Open AI sedang mengembangkan versi lebih gila dari Chat GPT, yaitu GPT-3, di mana model tersebut memiliki lebih dari 175 miliar parameter. Mantep!  

Kalau penasaran bisa langsung cobain di sini https://chat.openai.com/chat. 

Oke, daripada bingung, selanjutnya kita bahas langsung potensi apa saja yang bakal diperlihatkan AI satu ini, apakah bisa sampai menggantikan programmer di masa mendatang? Simak! 

Lawan atau Kawan

Ya, beberapa spekulasi muncul karena kemampuan Chat GPT dapat menghasilkan sintaks program. Salah satu spekulasi paling umum adalah Chat GPT bakal menggantikan atau mengurangi jumlah programmer. Ada juga yang berpendapat, Chat GPT dapat mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan programmer untuk mengembangkan aplikasi dan sistem. Hmmm, jadi, Chat GPT ini bakal jadi lawan atau kawan? 

Nah, menanggapi spekulasi pertama, jawabannya adalah TIDAK, Chat GPT mungkin canggih, tetapi tidak akan sepenuhnya menggeser peran programmer. Mari kita bahas! 

Jika kita perhatikan lebih lanjut, Chat GPT tidak sepenuhnya memegang kendali atas pengembangan aplikasi yang dilakukan, AI tersebut hanya mengikuti arahan si programmer dalam menghasilkan data yang perintahkan. Tetap dibutuhkan pengetahuan serta pengalaman dari seorang programmer untuk menghasilkan perintah-perintah tersebut. 

Pemrograman itu kompleks, banyak hal yang harus direncanakan dan diperhatikan sebelum membuat ataupun mengembangkan suatu program. Isu-isu yang muncul saat pengembangan program tidak dapat diselesaikan begitu saja, diperlukan tahapan trial dan error serta kreativitas untuk memecahkannya.  

Nah, Chat GPT juga udah bilang dia nggak bisa menggantikan peran programmer secara keseluruhan, tapi bisa dijadikan alat untuk membantu dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi kerja programmer. Banyak banget fiturnya, mulai dari code generation, code completion, refactoring, documentation, hingga bug fixing dan test case, lho. Jadi kalau ketemu masalah kayak susah nyari solusi atau dokumentasinya di Google, mampir di chatbot ini aja, langsung kelar, deh. 

Kesimpulan

Terlepas dari perdebatan di atas, hal ini akan kembali pada diri kita tentang bagaimana cara melihat dan menyikapinya, jika teknologi tersebut dianggap sebuah alat, maka kita sedang melihat sebuah peluang, begitu pula sebaliknya. 

Ingat, belum dapat menggantikan bukan berarti tidak akan pernah. Kita tetap harus waspada karena nggak tahu hal apa yang bakal terjadi di masa depan. Kalau ingin menjadi programmer yang bisa bersaing dengan perkembangan teknologi, kita harus punya skill programming yang mumpuni.  

Universitas Mikroskil juga siap bantu kamu untuk jadi programmer unggul di masa depan, nih. Lewat program studi Teknik Informatika, kita akan banyak belajar soal keterampilan pemrograman, penerapan, dan otomasi teknologi atau artificial intelligence, serta pembekalan skill seperti computional thinking, software development, hingga data science

Tunggu apa lagi? Intip dan pelajari lebih lanjut tentang program studi Teknik Informatika melalui website Universitas Mikroskil. Hadapi gempuran teknologi dengan menjadi programmer unggul di masa depan bersama kami

Artikel Terkait