Minder Cari Kawan Bikin Kuliah Nggak Menyenangkan?

SEBENARNYA, ini tergantung sudut pandang kita masing-masing, sih, dalam memilih teman. Tiap orang beda karakter, keinginan karakter tersebut berbaur di lingkaran seperti apa juga tentu akan bermacam-macam.

Ada yang pengin ambis, tapi malas, jadi akhirnya memilih circle ambis biar ketularan rajinnya. Ada lagi penyuka keceriaan tanpa ada kekangan, jadi sukanya circle yang kalau lagi belajar kelompok pun masih bisa tertawa bareng.

Sesimpel itu, tapi sayangnya bisa dibilang susah bagi kita mencari circle favorit di masa kuliah, ya? Apalagi sampai nggak sadar sudah masuk ke circle toxic. Amit-amit, deh. Namun, daripada memikirkan itu, mari kita lihat tips-tips berikut sebelum memutuskan untuk masuk circle mana nanti.

Menjadi diri sendiri terlebih dahulu

Terkesan lebay, ya, bacanya. Tapi, serius, kalau memang mau memilih teman, ya, harus teman yang benar-benar akan menerima kita apa adanya, bukan ada apanya. Nah, kalau masalah circle, nggak perlu takut nggak dapat satu kalau berani terbuka akan kemampuan dan ciri khas kita masing-masing.

Introver boleh, pendiam juga boleh. Asalkan, kalau memang ada orang yang sekiranya sefrekuensi sama kita, jangan didiamkan juga. Kita harus stand out dengan skill yang membuat kita bersinar di saat-saat tertentu, misalnya pintar public speaking, tunjukkanlah pas ada tugas kelompok dan ketika presentasi nanti. Atau pintar pada mata kuliah tertentu, jangan ragu berdiri dan menjawab pertanyaan dosen tersebut.

Dengan kesanggupan kita terbuka sebagai diri sendiri, circle sefrekuensi bakal datang tanpa sadar. Dari situlah, kita bisa lebih mudah menilai cara berkomunikasi teman-teman sekelas dan mengetahui siapa di antara mereka yang kita cari.

Tidak terlalu bergantung pada teman

Ketika sudah mendapatkan circle yang sekiranya cocok di hati kita, terkadang muncul rasa ketergantungan di hati karena merasa sudah aman, baik dalam segi menuangkan isi hati, mendapat teman kelompok langsung tanpa perlu panik mencari ke seantoero kelas, terutama tugas.

Beberapa dari kita merasa punya teman adalah saatnya kita lepas tangan atas seluruh tanggung jawab. Tugas biarkan teman kita saja mengerjakannya, kita tinggal copas. Atau tidak, saat kerja kelompok tidak menyumbangkan konstribusi berarti karena sisanya pasti akan langsung dikerjakan teman-teman tanpa butuh bantuan kita.

Dalam mengenggam suatu keputusan antara dua pilihan bagus, rasanya tentu berat banget buat kita memilih salah satu. Sama kayak ingin memutuskan tali pertemanan di suatu lingkungan sosial, jangan sampai hati teman-teman kita untuk membuat tali itu putus tidak membebani sama sekali. Jadi, perlunya keseimbangan itu perlu di sini agar tidak menimbulkan kekecewaan yang membuat dunia kuliah tambah gelap.

Ikuti kegiatan kampus

Dalam suatu kampus sudah pasti punya kegiatan masing-masing, salah satunya dari organisasi mahasiswa atau ormawa; kalau di SMA, sering banget dikenal dengan ekstrakurikuler atau ekskul. Bagi yang sudah lulus dan sekarang lagi pengin mencari gambaran tentang dunia kuliah, mau tanya, dong, dulu masuk ekskul mana, nih?

Nah, perlu diketahui, tiap ekskul ataupun ormawa punya tantangan dan rintangan tersendiri. Oleh karena itu, butuh passion dan ketertarikan kita pada bidang tersebut agar tidak mudah diserang kejenuhan untuk masuk ke ormawa, apalagi beberapa universitas menetapkan peraturan untuk mengumpulkan poin dari keikutsertaan kita dalam kegiatan ormawa sebagai salah satu syarat kelulusan.

Dari sinilah, kita akan dengan mudah mencari orang-orang sefrekuensi dengan kita. Setidaknya, tidak berat bagi kita untuk sedikit lebih terbuka dengan teman satu ormawa dengan minat yang sama dengan kita.

Perlu diingat, jangan pernah beradaptasi di lingkar pergaulan kita hanya agar bisa nge-blend dengan mereka, terutama kalau itu membuat kita melupakan hal-hal positif dan membawa kita ke jurang kesalahan. Fokuslah hanya pada perkembangan diri sendiri dan mereka yang mau mengulurkan tangan ketika kita membutuhkan pegangan.

Berteman itu bukan hal menakutkan, kok. Artikel ini bertujuan agar kita lebih berhati-hati saja dalam memilih teman. Koneksi itu berguna bagi kita di masa depan, kini adalah saat tepat memperluas pertemanan tanpa peduli sekecil apa itu nanti. Asalkan mereka bersedia menuntun kita mencapai tujuan, begitu pula sebaliknya dengan kita.

Artikel Terkait