PASTI pada nggak asing lagi sama istilah soft skill dan hard skill, entah di lingkar pendidikan maupun ranah pekerjaan. Nah, kalau dalam dunia karier, kedua hal tersebut bisa dibilang patokan seseorang memenuhi kriteria untuk pekerjaan tertentu.
Oleh karena itu, soft skill dan hard skill penting dan perlu dicantumkan. Namun, beberapa orang kewalahan membedakan kemampuan mereka berada di soft skill atau hard skill. Jadi, biar nggak tertukar lagi, mari lihat perbedaan keduanya!
Baca juga: Bingung Mau Ngisi Soft Skill & Hard Skill Apa di CV? Berikut Contoh-contohnya! | Blog Mikroskil
Perbedaan Soft Skill dan Hard Skill
Secara singkat, soft skill berkaitan dengan kepribadian dan pola interaksi kita terhadap sekitar. Hal ini menjadi perhatian atasan terhadap karyawan karena kinerja perusahaan bergantung pada mereka. Itulah mengapa, soft skill cukup dipertimbangkan sebelum seseorang diterima kerja atau naik jabatan; umumnya dilihat dari skill komunikasi, manajemen waktu, kecerdasan emosional, dan lainnya.
Nah, jika soft skill berbicara tentang kepribadian, hard skill adalah keterampilan terukur dan tertuju pada bagaimana kita bekerja secara spesifik. Hard skill bisa ditekuni dan ada evaluasinya, sehingga timbul perbandingan nyata antara kita dan orang lain.
Dilansir dari themuse.com, hard skill adalah kecakapan suatu profesi, artinya setiap pekerjaan perlu hard skill berbeda dan tentunya mampu dipelajari dari pendidikan formal, kursus, pelatihan, dan sebagainya. Oleh karena itu, ijazah, sertifikat, serta bentuk penghargaan lainnya mampu menjadi bukti penguasaan kita terhadap hard skill tertentu.
Contohnya, bagi fresh graduate tanpa pengalaman kerja, tapi mau menjadi operator atau praktisi bidang TI, sertifikasi internasional seperti Microsoft akan menambah nilai kita di mata perusahaan. Akan tetapi, bila ingin memasuki bidang akuntansi, copywriter, atau graphic designer, sertifikasinya sudah berbeda lagi.
Baca juga: Sertifikasi Internasional Bikin Masa Depan Karier Cerah
Pertanyaannya, apakah soft skill tidak dapat dikembangkan dari kursus atau pelatihan seperti hard skill? Jawabannya, bisa saja. Namun, nyatanya soft skill sukar dibuktikan karena bersifat personal dan subjektif; ada pandangan berbeda pada setiap orang yang menilai karena menyangkut kepribadian dasar kita kepada pola pikir mereka.
Itulah mengapa, meskipun ada kemajuan, kemampuan komunikasi, kepemimpinan, problem solving, dan soft skill lainnya sulit diukur.
Lebih Penting Soft Skill atau Hard Skill?
Meski tidak dapat diperkirakan secara konkret, soft skill sama pentingnya dengan hard skill yang membopong pekerjaan kita. Laporan A Study of Engineering Education dari Charles Riborg menyatakan soft skill rupanya memegang peran sebesar 85% dan hard skill hanya 15%.
Hard skill yang memenuhi kualifikasi memang menambah kemungkinan kita diundang wawancara, tapi soft skill akan mendukung kemampuan berbahasa kita di depan interviewer yang menjadi sokongan untuk saat ini hingga ke depannya. Sebab, pekerjaan tak luput dari koordinasi, pengambilan keputusan, dan lain-lain.
Jadi, jangan salah, ya. Hard skill dan soft skill selalu saling terjalin dan membawa dampak pada diri dan pekerjaan kita.